TEMPILANG – Setelah diakui menjadi warisan karya tak benda sejak 2014 lalu, perhelatan perang ketupat ditunggu-tunggu banyak pihak. Pada Minggu, (27/3/2022) kegiatan yang sempat tertunda selama 2 tahun akhirnya berhasil dilaksanakan di Pantai Pasir Kuning, Desa Tempilang.
Acara dimulai dengan tari sambut dari Tempilang. Kemudian dilanjutkan sambutan dari pihak yang terlibat. Masyarakat dari berbagai daerah turut hadir menyemarakkan acara, dan hanya orang yang telah vaksin saja yang diperbolehkan untuk masuk.
Wakil Gubernur Babel Abdul Fatah, yang turut membuka acara menyampaikan, kegiatan ini menjadi agenda yang diakui nasional. Penting bagi generasi muda untuk ikut serta melestarikan budaya, agar perang ketupat dapat dikenal di tingkat global.
“Meskipun kita sudah vaksin, tapi kita masih harus terus disiplin dan berhati-hati. Sebab, di luar sana masih ada kemungkinan munculnya mutasi (Covid-19) baru,” ungkapnya.
Bupati Bangka Barat Sukirmanberterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi berupa bantuan dana yang datang dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, swasta, bahkan dari kantong pribadi, karena banyak yang mengamini Perang Ketupat dapat terlaksana.
“Terima kasih kepada seluruh pihak, pemerintah provinsi, kabupaten, PT Timah, bahkan ada yang dari uang pribadi Pak Erzaldi. Tanpa adanya dukungan moril dan materil ini, perang ketupat belum tentu dapat terlaksana,” jelasnya.
Dengan diadakan kegiatan ini, menjadi bukti bahwa kolaborasi yang dilakukan oleh berbagai _stakeholder_ ini lah yang mampu membawa Babar lebih dikenal, khususnya Tempilang ini.
“Jika kebersamaan ini kita lakukan dengan baik, kita kenalkan perang ketupat dari Bangka Barat. Hal ini dapat memberi dampak pada sektor pariwisata, sehingga kita mampu mewujudkan Bangka Barat mendunia,” jelasnya.
Usai sambutan, rangkaian kegiatan perang ketupat dimulai. Pesilat mulai mengambil posisi. Di awali dengan beberapa tarian, dilanjutkan dengan tarung 2 pemuda, dan terakhir ditutup dengan perang ketupat itu sendiri.
Kubu dari area darat dihadapkan dengan kubu dari area laut, setelah narasi dengan bahasa daerah dibacakan, kedua kubu saling melempar ketupat. Tradisi ini menjadi tradisi kebanggaan masyarakat Tempilang.
Penulis: Natasya
Foto: Saktio
Editor: Rangga