PANGKALPINANG – Berada di usia 10-25 tahun tidaklah mudah, ada yang melaluinya dengan kesulitan, ada pula yang melalui masa ini dengan mudah. Namun, masa yang disebut remaja dapat dilalui jika mendapat pembimbingan dan lingkungan yang baik. Jika salah langkah, maka berisiko atas masa depan. Pentingnya pembimbingan ini, menggerakkan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Melati Erzaldi untuk ambil peran.
Menjadi pembicara membawakan materi “Pola Asuh Cinta Kasih Remaja” pada kegiatan Workshop Pelembagaan Generasi Berencana Melalui Temu Kerja Pengurus Provinsi dan Kabupaten/Kota Serta Duta Genre Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2022, Ketua Melati ingatkan betapa krusialnya masa remaja.
“Yang namanya remaja itu identik dengan ingin merasa bebas, punya geng atau komunitas, sering merasa benar, lupa waktu. Anak saya 3, yang paling besar umurnya 23 tahun dan yang paling kecil 18 tahun. Jadi tahu betul gerak-gerik remaja. Untuk menasihati mereka, udah gak bisa seperti zaman dulu, yang disuruh duduk dan mendengarkan. Mental semua. Nah, diajak ngobrol dan berdiskusi. Alhamdulillah cara ini ampuh, dan anak-anak masih inget nasihat yang diberikan,” ungkapnya
Di tahap ini, orang tua harus menjadi _role model_ yang pertama kali dipelajari. Contohnya, ketika orang tua menginginkan anak-anaknya untuk tidak menikah muda, akan sangat memalukan jika fakta yang diterima adalah orang tua tersebut malah dulunya menikah di usia 17 tahun. Karenanya, mulai dari remaja ini, disetiap langkah yang diambil harus perlu rencana.
“Jadilah remaja keren yaitu remaja yang taat agama, menguasai digital, cedas IQ EQ SQ, Peka lingkungan, dinamis dan gaul, penuh prestasi, punya _planning dan goal,_ mampu mengatur waktu. Kalau semua ini kalian kuasai, _fix!_ cewek-cewek atau cowok-cowok langsung ngantri,” ungkapnya.
Remaja taat agama biasanya akan memiliki akhlak yang mulia, memiliki sopan santun, dan menghormati orang tuanya. Kemudian, menguasai digital saat ini bukan lagi pilihan, tapi menjadi keharusan. Maka, diperlukan pengatahuan untuk memperbarui informasi. Selanjutnya peka terhadap lingkungan, karena kelangsungan kehidupan selanjutnya akan bergantung pada ketersediaan lingkungan.
Remaja keren juga mampu berprestasi, tidak harus prestasi akademis, tapi setiap pencapaian yang bisa diraih. Hal-hal kecil yang mampu menguras pikiran dan tenaga pun perlu mendapatkan apresiasi, minimal dari diri sendiri. Kemudian, remaja ini pun memiliki rencana yang matang serta cita yang ingin di gapainya, serta mampu mengatur waktu agar hidup terasa lebih bermanfaat.
Siti Islamiah Duta Genre 2019 Provinsi Babel yang turut hadir pada kegiatan ini menyampaikan rasa terima kasih kepada Ketua Melati yang telah membagikan pengalaman dan informasinya.
“Terima kasih banyak Bunda atas informasi dan kisah inspiratifnya. Semoga informasi yang dibagikan ini dapat memberikan segudang manfaat untuk kita semua dan menjadi amal jariah juga untuk Bunda,” ungkap Siti.
Peserta yang didominasi oleh remaja yang tergabung dalam Generasi Berencana se-Babel mengikuti kegiatan secara interaktif.
“Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, dia belajar membenci. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri. Namun, jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, dia belajar mencintai,” pungkas Ketua Melati.
Penulis: Natasya
Foto: Saktio
Editor: Lisia Ayu